Tony Wagner dari Harvard’s Change Leadership Group dalam bukunya The Global Achievement Gap menyebutkan, dunia saat ini bergerak dari ekonomi industri menuju ekonomi berbasis pengetahuan. Wagner mengidentifikasi skill yang dibutuhkan untuk beradaptasi di masa kini dan masa depan, salah satunya kemampuan berkomunikasi melalui tulisan
Analoginya tulisan dan perubahan itu bak ‘ibu’ dan ‘anak’. Peradaban sebagai ‘anak kandung’ budaya menulis. Dan menulis adalah ‘ibu’ yang melahirkan peradaban. Dengan kata lain tulisan hanya terdapat dalam peradaban, dan peradaban tidak akan ada tanpa tulisan
Tulisan, termasuk yang dibukukan merupakan syarat utama peradaban menggapai kemajuan dan kejayaan. Dari tulisan akan lahir berbagai pemikiran cerdas nan cemerlang pembawa perubahan ke arah yang lebih baik
Dengan kata lain, membaca dan menulis, termasuk diskusi-diskusi yang terjadi di dalamnya, jika dibangun terus-menerus, ilmu dan pengetahuan pun akan terus terbangun
Bagi warga sekolah yang rajin membaca dan menulis, mereka adalah orang-orang yang ikut berpartisipasi dalam proses penjaminan mutu pendidikan, minimal mereka selalu berusaha menjamin untuk meningkatkan kompetensi dirinya sendiri
Mari lewat “darling” (daring dan luring) kita ‘sebar virus literasi’ ke warga sekolah dan seluruh insan edukasi agar selalu bergairah dan tidak kehilangan semangat membaca dan menulisnya, sekalipun kondisi pandemi saat ini faktanya memang berat bagi siapapun
Negatif virus Corona (Covid-19), harus, tapi usahakan jangan sampai ‘negatif virus literasi’
Karena bila ‘negatif virus literasi’ alias gairah dan semangat baca-tulis kita makin terkikis, artinya terkikis pulalah kemauan kita untuk meningkatkan kualitas pribadi yang akhirnya berimbas ke ‘melemahnya’ kualitas pendidikan kita